Minggu, 31 Maret 2013
TUGAS 2, BERPIKIR DEDUKTIF
Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduktif / deduksi adalah merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari pengalaman-pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposisi, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Dalam penalaran deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan suatu proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang dilakukannya itu benar, dan kalau proposisinya itu juga benar, maka dapat diharapkan suatu kesimpulan yang benar. Uraian mengenai proses berpikir deduktif ialah seperti silogisme kategorial, entimem, rantai deduksi, silogisme alternatif, silogisme hipotesis dan sebagainya. Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Kalimat-kalimat tanya, perintah, harapan, dan keinginan tidak pernah mengandung proposisi. Inferensi berasal dari kata Latin inferre yang berarti menarik kesimpulan. Implikasi juga berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Untuk membuktikan suatu kebenaran, argumentasi mempergunakan prinsip-prinsip logika sebagai telah dikemukakan diatas. Logika merupakan suatu cabang ilmu yang berusaha menurunkan kesimpulan-kesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah (valid). Istilah benar dan salah pertama-tama dipergunakan dalam argumentasi. Sebaliknya, untuk logika dipergunakan istilah absah (valid) dan tak absah (invalid).
Penalaran atau Logika memusatkan perhatiannya pada proses berpikir, sedangkan retorika memusatkan perhatiannya pada isi, pada kebenaran yang nyata yang ada di alam.
Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:
1. Penulis harus mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Dengan demikian, penulis dapat memperdalam masalah dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk memperkuat data dan informasi yang telah diperolehnya.
2. Penulis harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Dengan tujuan untuk mengetahui apakah diantara fakta-fakta yang diajukan lawan ada yang dapat dipergunakannya, sehingga justru akan memperlemah pendapat lawan.
3. Penulis harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas, harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Sementara itu pula, ia harus mengemukakan konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.
4. Penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas, dan sampai dimana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu.
5. Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud mana yang lebih memuaskan penulis untuk menyampaikan masalahnya.
Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian, maka sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap penulis argumentasi adalah:
1. Argumentasi harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan
2. Penulis harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu.
3. Sering timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah. Sedangkan tujuan argumenasi adalah menghilangkan ketidaksepakatan.
4. Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan.
Langkah-langkah penulis sebelum mengemukakan argument, diantaranya:
1. Proses pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan.
2. Rencana penyusunan yang baik atau terarah.
Argumentasi harus terdiri dari, pendahuluan adalah tidak lain dari pada menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Karena sebuah argumentasi harus memancarkan kebenaran atau sebuah tenaga yang kuat untuk mempengaruhi sikap pembaca, maka tidak boleh ada hal-hal yang kontroversial dimasukkan ke dalam pendahuluan. Penulis harus berusaha untuk menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang latar belakang dan seluk-beluknya sebelum memasuki argumentasi itu sendiri. Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam bagian pendahuluan, maka penulis mempertimbangkan beberapa segi, yaitu
1. Penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila dianggap waktunya tepat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian saat ini, maka fakta-faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik.
2. Penulis harus menjelaskan latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut.
3. Pendahuluan harus harus jelas dibedakan persoalan-persoalan yang menyangkut selera dan persoalan-persoalan yang membawa ke konklusi yang obyektif.
Tubuh argumen, pengarang harus terus-menerus menempatkan dirinya di pihak pembaca, misalnya dengan menanyakan: apakah evidensi itu dapat diterima bila ia berada di tempat pembaca, apakah evidensi itu sungguh-sungguh mempunyai pertalian dengan pokok persoalan, apakah tidak ada cara lain yang lebih baik, dan sebagainya. Perlu ditegaskan, pengungkapan evidensi itu harus merupakan suatu proses yang selektif, dengan menampilkan bahan-bahan yang terbaik saja serta menolak evidensi-evidensi yang kurang baik.
Kesimpulan dan ringkasan. Dengan tidak mempersoalkan topik mana yang dikemukakan dalam argumentasi, penulis harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai, dan kenapa konklusi-konklusi itu diterima sebagai sesuatu yang logis. Dalam tulisan-tulisan biasa, dimana tidak boleh dibuat kesimpulan-kesimpulan, maka dapat dibuat ringkasan dari pokok-pokok yang penting sesuai dengan urutan argumen-argumen dalam tubuh karangan itu.
Sumber : http://miqbalkb.wordpress.com/2012/04/01/bab-2-penalaran-gorys-keraf/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar