Minggu, 31 Maret 2013

TUGAS TIGA, BERPIKIR INDUKTIF


Penalaran induktif berasal dari pengetahuan sebelumnya mengenai sejumlah kasus sejenis, bersifat khusus, individual dan konkrit. Logika induktif berasal dari pengetahuan baru yang disimpulkan dari pengetahuan yang sebelumnya. Pengetahuan baru tersebut bersifat umum. Pada prinsipnya berpikir induktif alur pikirnya dimulai dari hal yang spesifik (khusus) ke arah yang lebih umum. Argumen induktif yang baik merupakan argumen yang benar dengan premis yang bisa memberikan alasan yang jelas dan benar tentang kebenaran dari kesimpulan. Ada beberapa hal yang terkait dengan berpikir induktif yaitu fakta-fakta, premis, kesimpulan dan argumen.
Berikut ini adalah beberapa tipe berpikir induktif (types of inductive argument):
·         A strong inductive argument: suatu argumen dimana premis-premisnya memberikan bukti yang kuat untuk mendukung kesimpulan.
·         A weak inductive argument: suatu argumen dimana premis-premisnya tidak memberikan bukti yang kuat untuk mendukung kesimpulan.
·         A good inductive argument: suatu induktif argumen yang kuat dengan premispremis yang benar.
Kesimpulan yang didapat dalam berpikir deduktif merupakan suatu hal yang pasti, di mana jika kita mempercayai premis--premis yang dipakai sebagai landasan penalarannya, maka kesimpulan penlaran tersebut juga dapat kita percayai kebenaran sebagaimana kita mempercayai premis-premis terdahulu. Hal ini tidak berlaku pada kesimpulan yang ditarik secara induktif, meskipun premis yang dipakainya adalah benar dan penalaran induktifnya adalah sah, namun kesimpulannya bisa saja salah.
Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekadar tingkat peluang bahwa premis-premis tertentu dapat ditarik. Jika selama bulan oktober dalam beberapa tahun yang lalu hujan selalu turun, maka kita tidak bisa memastikan bahwa selama bulan oktober tahun ini juga akan turun hujan. Kesimpulan yang dapat kita tarik dalam hal ini hanyalah pengetahuan mengenai tingkat peluang untuk hujan pada tahun ini juga akan turun.
Bahaya menggunakan logika induktif yaitu terlalu cepat menarik kesimpulan yang berlaku umum, sementara jumlah kasus yang digunakan dalam premis kurang memadai dan premis yang digunakan kurang memenuhi kaedah-kaedah keilmiahan.

Contoh Penalaran Induktif
Premis:
1. Apel 1 keras, warnanya hijau, dan rasanya masam
2. Apel 2 keras, warnanya hijau, dan rasanya masam
3. Apel 3 keras, warnanya hijau, dan rasanya masam
Kesimpulan:
Jadi semua apel keras, warnanya hijau, dan rasanya masam

Ciri-ciri penalaran induktif :
a.       Sintetis: kesimpulan ditarik dengan jalan mensintesakan kasus-kasus yang digunakan dalam premis-premis.
b.      General: kesimpulan yang ditarik selalu meliputi jumlah kasus yang lebih banyak.
c.       A posteriori: kasus-kasus yang dijadikan landasan argumen merupakan hasil pengamatan inderawi.
d.      Kesimpulan tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak (ada aspek probabilitas).



Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi. PT Gramedia, Jakarta

 Sumber : http://oxcidyeuh.blogspot.com/2012/03/argumentasi-narasi-karangan-gorys-keraf.html

TUGAS 2, BERPIKIR DEDUKTIF


Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduktif / deduksi adalah merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari pengalaman-pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposisi, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Dalam penalaran deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan suatu proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang dilakukannya itu benar, dan kalau proposisinya itu juga benar, maka dapat diharapkan suatu kesimpulan yang benar. Uraian mengenai proses berpikir deduktif ialah seperti silogisme kategorial, entimem, rantai deduksi, silogisme alternatif, silogisme hipotesis dan sebagainya. Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Kalimat-kalimat tanya, perintah, harapan, dan keinginan tidak pernah mengandung proposisi. Inferensi berasal dari kata Latin inferre yang berarti menarik kesimpulan. Implikasi juga berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Untuk membuktikan suatu kebenaran, argumentasi mempergunakan prinsip-prinsip logika sebagai telah dikemukakan diatas. Logika merupakan suatu cabang ilmu yang berusaha menurunkan kesimpulan-kesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah (valid). Istilah benar dan salah pertama-tama dipergunakan dalam argumentasi. Sebaliknya, untuk logika dipergunakan istilah absah (valid) dan tak absah (invalid).
Penalaran atau Logika memusatkan perhatiannya pada proses berpikir, sedangkan retorika memusatkan perhatiannya pada isi, pada kebenaran yang nyata yang ada di alam.
Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:
1. Penulis harus mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Dengan demikian, penulis dapat memperdalam masalah dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk memperkuat data dan informasi yang telah diperolehnya.
2. Penulis harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Dengan tujuan untuk mengetahui apakah diantara fakta-fakta yang diajukan lawan ada yang dapat dipergunakannya, sehingga justru akan memperlemah pendapat lawan.
3. Penulis harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas, harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Sementara itu pula, ia harus mengemukakan konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.
4. Penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas, dan sampai dimana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu.
5. Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud mana yang lebih memuaskan penulis untuk menyampaikan masalahnya.

Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian, maka sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap penulis argumentasi adalah:
1. Argumentasi harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan
2. Penulis harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu.
3. Sering timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah. Sedangkan tujuan argumenasi adalah menghilangkan ketidaksepakatan.
4. Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan.
Langkah-langkah penulis sebelum mengemukakan argument, diantaranya:
1. Proses pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan.
2. Rencana penyusunan yang baik atau terarah.
Argumentasi harus terdiri dari, pendahuluan adalah tidak lain dari pada menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Karena sebuah argumentasi harus memancarkan kebenaran atau sebuah tenaga yang kuat untuk mempengaruhi sikap pembaca, maka tidak boleh ada hal-hal yang kontroversial dimasukkan ke dalam pendahuluan. Penulis harus berusaha untuk menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang latar belakang dan seluk-beluknya sebelum memasuki argumentasi itu sendiri. Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam bagian pendahuluan, maka penulis mempertimbangkan beberapa segi, yaitu
1.  Penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila dianggap waktunya tepat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian saat ini, maka fakta-faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik.
2.  Penulis harus menjelaskan latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut.
3.  Pendahuluan harus harus jelas dibedakan persoalan-persoalan yang menyangkut selera dan persoalan-persoalan yang membawa ke konklusi yang obyektif.
Tubuh argumen, pengarang harus terus-menerus menempatkan dirinya di pihak pembaca, misalnya dengan menanyakan: apakah evidensi itu dapat diterima bila ia berada di tempat pembaca, apakah evidensi itu sungguh-sungguh mempunyai pertalian dengan pokok persoalan, apakah tidak ada cara lain yang lebih baik, dan sebagainya. Perlu ditegaskan, pengungkapan evidensi itu harus merupakan suatu proses yang selektif, dengan menampilkan bahan-bahan yang terbaik saja serta menolak evidensi-evidensi yang kurang baik.
Kesimpulan dan ringkasan. Dengan tidak mempersoalkan topik mana yang dikemukakan dalam argumentasi, penulis harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai, dan kenapa konklusi-konklusi itu diterima sebagai sesuatu yang logis. Dalam tulisan-tulisan biasa, dimana tidak boleh dibuat kesimpulan-kesimpulan, maka dapat dibuat ringkasan dari pokok-pokok yang penting sesuai dengan urutan argumen-argumen dalam tubuh karangan itu.



Sumber : http://miqbalkb.wordpress.com/2012/04/01/bab-2-penalaran-gorys-keraf/

GORYS KERAF BAB PENALARAN ARGUMENTASI


Penalaran Menurut Gorys Keraf, adalah suatu proses berpikir yang menghubungkan fakta – fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan yang logis. Penalaran tidak hanya dapat dilakukan dengan memakai fakta – fakta yang polos, tetapi penalaran juga dapat menggunakan fakta – fakta yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Penalaran juga merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya kaliamat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya. Kalimat proposisi dibagi menjadi 4 aspek yaitu berdasarkan bentuk, berdasarkan sifat, berdasarkan kualitas, dan berdasarkan pada kuantitas. 1. Berdasarkan Bentuk Ada 2 jenis proposisi berdasarkan bentuk yaitu: a. Proposisi tunggal, yaitu proposisi yang terdiri atas 1 subjek dan 1 predikat. b. Proposisi jemuk, yaitu proposisi yang terdiri dari 2 predikat. 2. Berdasarkan Sifat Ada 2 jenis proposisi berdasarkan sifat yaitu: a. Proposisi Kategorial, adalah proposisi yang berhubungan antara subjek dan predikat tidak memerlukan syarat apapun. b. Proposisi Conditional, adalah proposisi yang hubungan subjek dan predikat memerlukan syarat tertentu. 3. Berdasarkan kualitas Ada 2 jenis proposisi berdasarkan kualitas yaitu: a. Proposisi Afirmatif atau positif, adalah proposisi dimana ada kesesuaian antara subjek dan predikat. b. Proposisi Negatif, adalah tidak ada kesesuaian antara subjek dan predikat. 4. Berdasarkan Kuantitas Ada 2 jenis proposisi berdasarkan kuantitas yaitu: a. Umum atau universal b. Khusus atau spesifik Inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Cara Menguji Data 1. Observasi : fakta-fakta yang telah diajukan sebagai evidensi mngkin belum memuaskan seorang penulis. Maka untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri maka terkadang pengarang merasa perlu utnuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi dan sesungguhnya dalam banyak hal pernyataan yang diberikan seseorang biasanya didasarkan pula atas observasi yang diadakan. 2. Kesaksian: selain observasi, penulis juga melakukan pengujian dan meminta keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu. Cara Menguji Fakta 1. Konsitensi: sebuah arumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasive yang tinggi kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada yang saling bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya. 2. Koherensi: semua fakta yang akan dipergunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pengalaman manusia atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku. Cara Menilai Autoritas 1. Tidak mengandung prasangka. 2. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas. 3. Kemashuran atau Prestige. 4. Koherensi dengan kemajuan. 



Sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia Narasi dan Argumentasi, Gorys Keraf 
http://hadynugrahaa.blogspot.com/2013/03/penalaran-menurut-gorys-keraf-adalah.html

Kamis, 21 Maret 2013

MELANKOLIS

Entah kenapa saat ini perasaan ku menjadi melankolis, saat mendengarkan sebuah lagu dan di temani dengan cahaya lampu jalan yang bercahaya menyinari sebagian sisi jalanan, yang aku tau saat ini aku sedang lelah karena aktivitas di kampus, ya mungkin ini hanya karena lelah.

Rabu, 20 Maret 2013

ORANG TUA

Bagi ku mereka adalah segalanya, meskipun saat ini aku belum bisa membahagiakan mereka dengan hasil jerih payah ku sendiri, aku sadar dulu aku adalah anak yang kurang berbakti terhadap orang tua, yang aku inginkan hanya bermain dan menghabiskan waktu dengan teman-teman tanpa memikirkan mereka, padahal setiap hari mereka selalu memikirkan anak nya.
 
Saya belajar dari pengalaman teman saya, mungkin anda jika di suruh orang tua akan menjawab : iya, nanti, suruh si adek kalo ga kaka aja, atau males ah, padahal mereka hanya menyuruh kita melakukan hal kecil, seperti : menyuruh belanja ke warung, menyuruh ambilkan sesuatu, menyuruh untuk mengantarkan nya ke suatu tempat, atau menyuruh kita memijat nya karena lelah sehabis bekerja di kantor, mungkin hal tersebut dapat membuat kita jengkel, tapi saat anda sudah kehilangan salah satu dari orang tua anda, anda akan sangat merindukan hal tersebut atau bahkan anda menyesal karena pernah menolak perntah nya, itulah yang pernah di alami oleh teman saya, di saat ayahnya meniggal dunia.

jadi di saat orang tua anda menyuruh untuk melakukan sesuatu atau apapun yang dapat membuat mereka bahagia (hal yang positif) maka lakukan lah. "Penyesalan selalu datang terlambat"